Bulu Ayam
Nampak seekor Ayam dengan bulu-bulunya yang indah berjuntai berjalan-jalan di sebuah pematang sawah. Tak jauh disana nampak seorang petani yang sedang menjemur gabah yang baru saja dipanennya.
Melihat bulir-bulir padi yang terkumpul, Ayam yang tengah kelaparan itu berkata:”Wahai Petani, bolehkah saya makan padi-padimu?”
Si Petani yang melihat ayam dengan bulu-bulunya yang indah menjawabnya”Tentu saja boleh, namun apakah saya juga boleh memiliki beberapa helai bulu-bulumu yang indah itu?”
“Oh tentu saja boleh, silahkan ambil yang mana yang kau suka” kata si Ayam dengan mata berbinar mendengar pujian si petani.
Lalu, usai si Ayam makan dengan kenyang dan puas, dilanjutkan dengan pencabutan beberapa helai bulu-bulu indahnya oleh si Petani.
Menyadari bahwa bulu-bulunya memiliki nilai tukar, keesokan harinya si Ayam mendatangi rumah si Petani menawarkan bulu-bulunya, namun kali ini si Ayam menginginkan makanan yang lebih enak dari sekedar beras. Si Petani setuju” Baiklah, saya akan menyediakan makanan yang enak, untuk setiap tiga puluh helai bulu-bulumu karena saya membutuhkan sebuah kemoceng untuk membersihkan debu-debu dirumahku”
Hari demi hari berlalu, si Ayam sangat menikmati makanan enak yang setiap hari disajikan oleh si Petani tanpa menyadari bulu-bulunya yang kian menipis hingga makin nampak jelas kulitnya yang putih kemerahan.
Suatu malam turun hujan sangat deras disertai udara sangat dingin dan pagi harinya ditemukan seekor ayam tanpa bulu terbujur kaku mati kedinginan.
Kepada peserta training Die Hard di sebuah perusahaan tambang di bumi Kalimantan yang dikenal kaya raya akan minyak dan batubara, saya bertanya “Batubara disini kapan habisnya ya?”
Dari jawaban yang bervariasi menandakan bahwa tak ada yang tahu dengan pasti kapan habisnya, namun semuanya setuju jika ditambang terus tiap hari, maka suatu saat pasti akan habis.
14 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar