Sepatu
Dalam sebuah acara tahunan sebuah perusahaan dimana berkumpul seluruh salesman dari berbagai tingkatan yang datang dari berbagai daerah. Acara ini semacam ritual penghargaan tahunan yang diberikan kepada beberapa salesman yang berhasil mencapai prestasi terbaik.
Disela-sela makan siang usai acara akbar yang berlangsung sangat sangat meriah apalagi setelah mendengarkan sesi motivasi yang disampaikan oleh seorang pembicara terkenal, saya menyapa seorang salesman yang secara drastis mampu membalikkan situasi dari yang semula terjelek menjadi yang terbaik bahkan mencapai omset hingga sekian puluh persen dari target. “Apa rahasia suksesnya Mas?” tanya saya kepadanya, “Karena sebuah kalung clurit, dulu saya parah sekali Pak..., sampai suatu hari atasan saya memberikan kalung tali rafia berbandul sebilah clurit di leher saya di depan rekan-rekan kerja saya.
Pencapaian saya jauh di bawah rata-rata dan selalu terjelek diantara yang lainnya.” Salesman itu berhenti sejenak meneguk air aqua dalam gelas plastiknya dan lanjutnya “Semenjak itu saya bersumpah bahwa hal in tidak akan pernah terjadi lagi dalam hidup saya” katanya mengenang dengan mata menerawang jauh dan tangan kiri menggenggam erat penghargaan yang baru saja diterimanya.
Kemudian saya bergeser menghampiri seorang kepala cabang yang sedang berkelompok dengan sebagian team nya dan nampak jelas raut gembira di wajahnya atas prestasinya terpilih sebagai cabang terbaik. Apa yang anda lakukan sehingga bisa membuat team anda meraih prestasi sebagai cabang terbaik ?” tanya saya, “Karena sepatu Pak” ucap salah seorang Salesman yang ada disebelahnya menyela pembicaraan kami.
Sebenarnya belum genap satu tahun saya bersama mereka dan seperti yang sering saya lakukan adalah memberikan mereka harapan berupa hadiah handphone, jam tangan atau ballpoint bagi Salesman terbaik setiap bulannya. Namun yang tidak saya duga adalah ketika salah satu dari mereka minta hadiahnya diganti menjadi sepatu. Terus terang hati saya trenyuh ketika melihat sepatu-sepatu mereka yang butut dan rusak, apalagi yang bagian belakangnya sudah hancur lebur terinjak-injak. Hampir setiap bulan saya membeli beberapa sepatu untuk mereka hingga akhirnya semua sepatu yang rusak tergantikan dengan sepatu baru yang lebih kuat” kata si Kepala Cabang.
“Tiga makna yang saya dapatkan dari hari itu dan ternyata mampu membuat seseorang termotivasi adalah ancaman, harapan dan perhatian.”
14 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar